Posted in Catatan Motivasi, Cerita, Cerpen, Renungan

Kerikil si bungsu


img_20160828_161433_1474777598499.jpg

Di sebuah rimba hiduplah keluarga batu. Bapak batu, ibu batu, beserta tiga anak batu. Si besar bernama cadas, si sedang bernama kali,  dan si kecil bernama kerikil.
Suatu hari bapak batu bertanya kepada anak anaknya, “wahai anak anakku, kalau kalian sudah dewasa, ingin menjadi apakah kalian?”

Si cadas menjawab, “aku ingin jadi prasasti, pak. Menjadi batu abadi yang mencatat sejarah.”

Si bapak tersenyum, “cadas anak bapak yang pintar.”

Continue reading “Kerikil si bungsu”

Posted in Cerita, Cerpen, Sepotong Episode

On The Way


Tidak seperti malam malam sebelumnya.
Kali ini dia duduk dipojokan kendaraan umum. Tak ada penumpang yang lain, hanya dirinya seorang ditemani pak supir yang melajukan mobil dengan cukup kencang.
Kenapa sepi sekali, pikirnya.

Saat itu malam sekitar pukul enam lebih sepuluh, ba’da magrib.

Continue reading “On The Way”

Posted in Cerita, Cerpen

Sore itu


Sore itu langit berwarna gelap, awan berkumpul menjadi satu seolah bersatu padu untuk mencurahkan air yang tak terbendung. Angin pun tak mau kalah menunjukan eksistensinya, menerbangkan daun-daun kering yang telah berguguran. Daun daun kering seolah menikmati dan pasrah menerima nasib hendak diterbangkan kemana oleh sang angin.

Lama gadis itu terdiam, mencoba memahami apa yang telah terjadi. Tak bergeming oleh riuhnya suara para penumpang bus dan derasnya suara hujan yang mulai turun. Gadis itu tetap terpaku dalam duduknya memandangi jendela yang berembun. Sesekali menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Tak terasa air matanya mengalir mengikuti gravitasi bumi, membasahi pipinya yang bulat merona. Continue reading “Sore itu”

Posted in Cerpen

Karena atasan


Aku terbangun dari tidur ku ketika jam menunjukan pukul 5. Akhir-akhir ini terasa begitu melelahkan, sehingga alarm Hp yang ku atur pukul 2.00 pun tak terdengar. Padahal malam tadi aku tidak bergadang, tidur pada jam yang memang sewajarnya sebagai waktu tidur yaitu sekitar pukul 21.30. Bergegas aku berdiri dan langsung mengambil handuk yang tergantung dikamar, tak lupa membereskan tempat tidur walaupun hanya sekedar merapihkan bantal dan melipat selimut. Sholat, mandi lalu bersiap siap berangkat menuju kantorku.

Cepat sekali waktu berputar, aku abaikan perut yang terasa lapar, 2 biskuit aku kunyah cepat dan beberapa teguk air minum.. Merasa bersalah sekali, karena ibu mengkhawatirkan aku yang sering kali tidak sarapan. Pukul 5.40 aku bergegas berangkat ke kantorku. Hmm.. perjalanan yang biasa ku lalui, jalan yang sama, Tak seperti biasanya kendaraan yang ku naiki melaju dengan cepat tanpa ngetem. Pukul 6.35 aku sampai di kantor, hanya ada aku seorang di ruangan itu.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang teman, kami memiliki pekerjaan dan jabatan yang sama dikantor itu, hanya saja aku sudah hampir 3 minggu bekerja disini dan dia baru beberapa hari bekerja disini. Kami bercerita tentang pekerjaan kami, atasan kami dan hal-hal yang lain yang tidak begitu penting. Pada pertengahan percakapan, dia bercerita tentang tanggapan atasan pada hasil pekerjaannya. Aku cukup kaget karena atasan kami mengatakan bahwa dia harus belajar dari kinerjaku. Hal yang tak pernah aku sangka, atasan akan berkata seperti itu. Beberapa hari sebelumnya aku sempat sedih, karena atasan mengomentari hasil pekerjaan ku yang belum baik. Entah, sebenarnya bagaimana tanggapan atasan terhadap kinerjaku.

Namun aku berfikir bahwa setiap orang memiliki keunggulan yang berbeda-beda akan suatu hal. Aku sadar banyak hal yang harus aku perbaiki dan aku tingkatkan dalam kinerjaku. Namun aku cukup senang atas perkataan temanku itu, setidaknya sedikit mengobati luka ku sebelumnya.